Selamat Datang di Kawasan Penyair Kota Balahindang Terima Kasih Kunjungan Anda

Sabtu, 30 Juli 2011

SEPTIKAWULAN KURNIASARI



Penyair termuda Kab. Tapin ini sekarang adalah pelajar SMK Telkom Sandhy Putra Banjarbaru. Lahir di Banjar, 22 September 1994. dan memulai perjalanannya didunia sastra dari mengikuti lomba baca puisi ditingkat kabupaten.
Basic teater dan naluri kepekaan sosialnya semakin terarah dan terasah sejak bergabung pada
tahun 2007 di Sanggar Seni balahindang Rantau. Dibawah Binaan Seniman Bertangan dingin, Bram Lesmana, semasa bersekolah di SMPN 1 Tapin Selatan berhasil menjuarai beberapa Lomba baca puisi Tk. Pelajar se-kabupaten Tapin dan semakin melejit ditahun 2007 sebagai wakil Tapin yang menjuarai Lomba Cipta dan Baca Puisi Tk. Pelajar SLTP se-Propinsi Kalsel untuk selanjutnya berlaga di Jakarta dan berhasil masuk Babak Final. Diawal tahun 2008 kembali mewakili Kalsel pada lomba Baca dan Cipta Puisi Tk. SLTP se-Indonesia di-Istana Merdeka Cipanas Bandung dan berhasil sebagai juara Harapan III nasional. Putri Tunggal Pasangan Bpk. Iswanto ( PNS PTP XIII CRF Tambarangan ) dan Ibu Purwanti ( Guru SMPN 1 Tapsel ) ini beralamat di Komplek PTP XIII CRF Tambarangan Kec. Tapin Selatan Kab. Tapin.
Kontak Person : 0813 5107 5134.

Pinta ku

Setetes saja
Kuminta jemarimu menyentuh
Kuminta ruhmu tetap terbagi di jasadku
Kuminta detakmu memacu darahku
kuminta bayanganmu tetap berada di-diriku

namun
angin melaju deras ke belakangmu
kamu di diriku mulai menjauh
saat itu pula mata terus menari-nari hingga letih
dan tetes-tetes keringatnya pun tak alang berjatuhan

bangunlah kiranya
tapi tak sampai pada kenyataan
dan jelma hitam terus lekat
terus begitu hingga terbangun dengan sendirinya


Tersadar

saat buka halangan indera
kusadar tak ada jemari meraih erat tanganku
kusadar tak ada lengkung indah merah jambu
kusadar tak ada elusan hangat membelaiku
kusadar dan mencari-cari
terus mencari sosok itu
hingga tubuh ini tercerai-berai
tercambuk ilalang-ilalang
di awan-awan putih
seakan tak mau tahu tetesan terus aliri wajah hingga tak letih
biarlah, kuanggap ini penantian takdir berujung manis
akupun tersenyum


TERBANGUN

Saat dering telepon kuangkat diranjang istirahnya
sabit senyumpun tersemat indah di bibir
sentuhan tombol pembuka
antara dua jasad replika mendengar dan didengar
kurapatkan ke telinga rapat-rapat

bayang wajah merah jambu telah terpampang jelas
kunyambut suara nun jauh disudut sana
tak alang merasa sangatlah pendek tali penghubung ini

“halo”
Lantas kubalas :
“halo” dengan merah jambu yang lambat-lambat berubah merah menyala
Obrolan berlanjut,…. Tapi… telah berbeda ?
lama-lama dalam komunikasi ini
lahirkan keheranan yang menggalau,
aku terbangun dan sadar pada perbedaan
yang mendobrak paksa persamaan


DEBU

aku bukan apa-apa
aku hanyalah debu
selalu disambut oleh angin yang terus buatku tak bisa diam di tempat

kadang ingin jadi batu yang konsisten pada kedudukannya
tapi biarlah jadi debu
bebas berkelana tak kenal waktu

MATAHARIKU

kau biarkan hujan ini jatuh
tanpa memikirkan perasaan awan
sungguh, sebenarnya awan telah merindukan
kau sebagai matahari
yang akan menghilangkan jejak hujan

jejak-jejak itu tak kan hilang
sebelum matahari datang dan bertindak

Tidak ada komentar: