Nama lain dari H. NOOR HASAN ALI NORMAN S. Sos, Kabid Penataan Kebersihan dan Kamtib Dinas Pengelolaan Pasar kabupaten Tapin ini rajin menulis Puisi sejak masih jadi Guru sebelum akhirnya pindah ke jabatan struktural dijajaran Pemerintah kabupatenTapin.
Lahir di Cijulang ( Jawa Barat ) 09 Mei 1958. Menjadikan Puisi sebagai luapan bahasa bathin dan hobby namun malu untuk mempublikasikan karena merasa masih perlu banyak belajar dengan karya-karya orang lain yang lebih ekpresionis. Penyuka Karya Khalil Gibran dan Khoping Hoo ini juga membangun inspirasi dengan kegiatan yang jadi hobby beratnya yaitu “ Ma-unjun ”.
Termotivasi oleh mulai hidupnya kegiatan bersastra dengan terbentuknya Komunitas Sastrawan Indonesia Cabang Tapin membuatnya bertekat untuk lebih banyak lagi menulis dimasa-masa yang akan datang.
Mengharap tegur sapa dan kritikan dari para sastrawan lain atas karya yang sudah dibuat sangat dinantikannya.
Beralamat di Jl. Pelita No. 16 RT. 5 kelurahan Rangda malingkung Rantau. Kontak person : 0878 1616 7144.
Lahir di Cijulang ( Jawa Barat ) 09 Mei 1958. Menjadikan Puisi sebagai luapan bahasa bathin dan hobby namun malu untuk mempublikasikan karena merasa masih perlu banyak belajar dengan karya-karya orang lain yang lebih ekpresionis. Penyuka Karya Khalil Gibran dan Khoping Hoo ini juga membangun inspirasi dengan kegiatan yang jadi hobby beratnya yaitu “ Ma-unjun ”.
Termotivasi oleh mulai hidupnya kegiatan bersastra dengan terbentuknya Komunitas Sastrawan Indonesia Cabang Tapin membuatnya bertekat untuk lebih banyak lagi menulis dimasa-masa yang akan datang.
Mengharap tegur sapa dan kritikan dari para sastrawan lain atas karya yang sudah dibuat sangat dinantikannya.
Beralamat di Jl. Pelita No. 16 RT. 5 kelurahan Rangda malingkung Rantau. Kontak person : 0878 1616 7144.
Aku yang Terbuang
Aku yang terbuang
Dari orang terbuang
Bersatu dalam hayal
Di antara terali besi nusa kambangan
Aku yang terbuang
Memukau dalam sepi
Bayang-bayang kerlip diam
Berlalu tanpa kesan
Kau dan aku
Orang yang terbuang
Meniti dalam pijakan nasib
Orang buangan
Aku yang terbuang
Menguak dalam tabir hitam
Berontak mencaci kebebasan jiwa
Di laut lepas nusa kambangan
Aku yang terbuang
Kecil mencapai cita
Cuma bambu-bambu berserakan
Satu-satu berpegang pada nasib
Aku yang terbuang
Terjaga dalam kenyataan
Kebebasan sudah ada
Terhampar di depan mata
Pada pulau yang terbentang
Rantau, 6 April 1986
G u r u
cerah ber kabut pagi ini kipasi kayuh gerak-ku
mendinginkan genggaman pada sepeda tua reyot
ditanjakan-tanjakan tak mulus
disela-sela tebing
dicuram-curam lembah
menggoda goyang pinggulku
bersama nyanyian gunung
bermesraan dengan pagi
adalah nyanyian rutin perjalanan hidup
dalam pengabdian memahat sejarah hari esok
langkah-langkah ku yang kecil
adalah sesuatu yang di-gugu dan ditiru
desa terasing dan terpencil
adalah sepiring lauk yang sudah terhidang
tanpa keluh
tanda kesah
apalagi gelisah
keluh itu energiku
kesah itu hanya mimpiku
gelisah itu keprihatinanku
memupuk tunas-tunas bangsa negeri ini menjadi
pasukan pelangi
ditanah bastari
Kutanam tonggak bakti membangun Peradaban layak
Pada sisi negeri yang tak disentuh kelayakan
Agar kamipun dapat hidup layak
Bukan hanya bercita melayakan
6 April 1986
Adakah Lagi
Adakah lagi ?
ketika lembut berdesah basah berlalu bersama malam
menyelam dalam kelamnya
Cadar persidangan agung !
Adakah lagi ?
kasih sayang dan harapan tersisa menutup senja hayatku
Dalam bentuk segala bentuk menjadi misteri keajaiban mimpi
Dan ketika hakikat desah ini menjadi rahasia
Di atas impian jiwa sebuah suara kesadaran
mendirus menampar sukma manusia
Adakah lagi ?
Pembangkit desah rahasia di-awal kesadaran
yang terhimpit dalam tafakur dasar hati
Waktu pun berlalu Mengantar keperaduan malam
desah basah di atas hakikat impian
Rahasia pengembaraan sepanjang keajaiban mimpi
Pada sebentuk pancar menikam rahasia
saripati berlapis doa Bagai angin dan cahaya melibas kilatan
Menjadi waktu cakrawala usia manusia
Yang mengiris pada tambatan garis nasib
Tapi, tak dapat kugapai dengan rasa
Karena desah ini cuma hembusan
Nafas yang mendirus pada pengembaraan
Dinding-dinding rahasia
Rantau, 19-8-1986
Pengangguran
Cerah pagi di ufuk timur
menguak pintu hari bersama sapa kicau burung
Antara harapan dan impian
Kubenamkan wajah dibayang bulan yang rebah
bantingan kartu domino
Serta gelas-gelas kosong yang berdenting
Meracun malam-malamku
Aku tahu !
Hidup tanpa kerja Laksana Mencuci muka
dibawah bayang matahari
Ingin kubakar lagi sisa amarah
Dan mendewakan nafsu pada kegelapan
yang bersarang disela bulan
Tapi…Bisik tanah huma dan pesan masa lalu
Menyentuh bathin kemanusiaanku
Tak pantas menipu diri
Dalam kata yang disebut
pengangguran
Rantau, April 1985
Tidak ada komentar:
Posting Komentar