Selamat Datang di Kawasan Penyair Kota Balahindang Terima Kasih Kunjungan Anda

Sabtu, 30 Juli 2011

MASKUNI MAHARAWI

Nama samaran dari H.M. MASKUNI S. Sos. M.AP, Ketua Umum Komunitas Sastrawan Indonesia (KSI) Cab Tapin ini lahir di Lokpaikat, 9 Juni 1957. karya kepenyairannya sering terbit dirubrik Dahaga Banjarmasin Post pada tahun 80 an dengan dua nama samaran yaitu, Maskuni Maharawi atau kadang M. Asfady Rah.
Belajar sastra pada sastrawan Tapin Maman S. Tawie yang notabene adalah Paman sendiri dan mengelola pondok sastra Talaga mandung Lokpaikat.
Selain menulis Puisi, cerpen dan Pantun berkait bahasa banjar, seniman yang banyak memotivasi seniman tradisi untuk terus eksis mengusung seni asli khas Tapin ini, juga rajin menulis cerita “Palui” dimasa hidup almarhum H. Yustan Azidin untuk konsumsi pembaca harian Banjarmasin Post. 10 tahun terakhir adalah masa vakum beliau dari dunia tulis menulis karena kesibukan sebagai seorang birokrat di Kab. Tapin. Pernah menjadi Kepala UPTD Dinas Pasar, Camat Lokpaikat, Kabag Pemerintahan Pemda Tapin dan terakhir Sekretaris Dinas Pertambangan Dan Energi Kab. Tapin. Dimasyarakat beliau juga dipercaya sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) cabang Tapin dan ketua Majelis Ta’lim Al-Hidayah Rantau. Juara I Penulisan Pantun berkait bahasa Banjar se-kalsel tahun 1984 ini beralamat di Jl. Brigjend Hasan Basry Km. 8 Lokpaikat.
Contak Person : 0813 1962 9184

Petualang Tanah Kering (1)

Di bukit itu,
jejakmu melintang meniti sisa waktu yang tak pernah ramah
dengan sisa nafas dan dengus putus-putus
Kau genggam pucuk rimba dalam dua kepalan kokoh membesi
hingga hilangkan keperawanan hutan dikakimu

Elang hitam menjerit di buih keringat
Malu menyaksikan tajam kepakmu mengayuh nasib
saat kau telan dalam satu telunjuk harum tanah berbatu
berulang hingga berjuta kali disaksikan mentari dengan matanya
yang lemas karena takluk oleh semangat sang petualang

Pada segenap malam yang lelah
kau cari musim di sela bintang-bintang
Lalu kau tanya pada peredarannya
Dimanakah kejayaan yang hilang ?
Dulu, seribu tahun yang lalu
Antara badai dan terompet kematian
Di tanah kering itulah kau tancapkan suratan

Lokpaikat, Des 1997


Petualang Tanah Kering (2)

Dimatamu,
taburan aneka bunga dijemari dara yang setiap pagi
menyanyikan lagu cinta mematahkan sayap kupu-kupu
Dan pohon-pohon renta Mengocok hatimu yang terbelenggu
Dalam kebencian sungai darah

Kau katakan pada pucuk-pucuk angin
“ aku masih berdiri, kalian saksikan muka dan mataku menyala Mengalahkan seribu malam angan sang pemimpi “

Ber-letikan hajad di tetes hujan
Di teratak-teratak tanah kering
Kau tumbuhkan embun, mengejutkan burung di sarangnya
Menghentikan nyanyian di atas genderang perang
tak perduli Kekalahan dan kemenangan
tersurat di daun talam yang berlari

Dalam sanubari kau pandang rumahmu tegak berabad-abad
Di sela nafas anakmu kau raih biji-biji tanah
meneruskan perjalanan
Sampai batas pandangmu
di-jejak Petualang Tanah kering


Lokpaikat, Des 1997


Dalam Nyala Ada Bulan

Menggelegak guruh berletupan
Ketika orang lupa dan berdusta
Kota itu luka bersama camarnya
Pekat menutupi wajah-wajah
Membawa berlari senyum dan tangis.

Dalam nyala bulan berkejaran
Berpijar merah mengerikan
Tak ada mata memandang lembut
Tak ada kata melontarkan sajak
Semua lupa dalam nyala akhir perjalanan,
Nyala itu bersembunyi di balik ufuk

Ada yang mencaci dirinya
Terpaku menatap gosong
Di sobekan koran hari itu.

Batang kulur, Des 1997


Gelatik Bersiul

Gelatik bersiul di ujung ranting
Siulan merdu, untuk anakku
Siulan merdu, untuk suamiku
Mega mendung , senyap temaram

Lemas sayapku, remuk redam badanku
Pucuk daun memerah bata tergores titisan air mata

Mahligaiku nasibmu nian
Kupandang di sela ranting luluh menjadi abu
Asa, asa hidupku
Lelah jiwa ragaku

Semilir angin membawa laguku
Bergema segenap penjuru
Wahai lihatlah tupai itu
terisak, bergetar tubuhnya

Lokpaikat, 25 Nopember 1997


Berawal dari Titik

Perjalanan seperti angin
Berawal dari titik
Titik ditelan goresan
Goresan sombong, mencipta bentuk
Penuhi ruangan dan semakin pengap
Ternyata,
Tidak mampu menahan kokoh tinju taqdir.

Lokpaikat, 25 Nopember 1997

Tidak ada komentar: