Selamat Datang di Kawasan Penyair Kota Balahindang Terima Kasih Kunjungan Anda

Jumat, 27 Juni 2008

A.Kusairi ( Rantau - Tapin )


Lahir di Rantau pada tanggal 11 Januari 1959. Puisi – puisinya dipublikasikan di media cetak antara lain : Acara Untaian Mutiara RRI Banjarmasin, Banjarmasin Post, Media Masyarakat, Dinamika Berita dan Radar Banjarmasin. Di samping menulis puisi, juga esai dimuat di majaolah Topik dan Panji Masyarakat Jakarta. Antologi puisi bersama antara lain : Antologi Penyair Delapan Kota, Banjarmasin ( 1982 ). Festival puisi se Kalimantan ( 1992 ), Wasi, kumpulan puisi Penyair Taman Budaya se Indonesia, Tamu Malam ( 1992 ), Jejak Sunyi Tsunami ( B.Bahasa Medan 2995), Ronce Bunga – Bunga Mekar ( 2007 ).Pernah Juara I lomba menulis puisi “ Pekan Apresiasi Sastra “ yang diadakan Sanggar Marta Intan Banjarbaru ( 1981 ), juara III lomba penulisan puisi Peringatan Hari Jadi Kota Banjarmasin ke-455 ( 1981 ). Sepuluh besar Penulisan Puisi Bahasa Banjar se Kalimantan Selatan ( 1983 ), juara II Lomba menulis puisi Pekan Maulid Nabi Muhammad SAW di Banjarmasin ( 1983 ). Juara I Lomba menulis puisi memperingati wafatnya Chairil Anwar se Kaliman Selatan ( 1984 ). Sehari – hari sebagai Penilik Kebudayaan Disdik Kabupaten Tapin . Bertempat tinggal di Jl.Bupati H.Said Alwi Desa Perintis Raya RT III RW II No.69 Rantau 71152. Telp.0511732416 Phone : 081348588149.

Puisinya :

HADIAH ULANG TAHUN
BUAT : z.Warni

Adakah kau dengar degup ombak
yang menghempas tebing
mengikis bibir pantai
dan mendamparkan buih di pasir putih ?
Saat matahari menyilangkan sinarnya
di atas tonggak yang makin rapuh
Telah kau kenal rupa bunga
yang menaburkan wanginya
dikesejukan embun pagi
yang dibias warna pelangi
Namun pernahkah kau mengerti
kapan ia satukan warna dan wanginya
yang terlahir dari kegaiban alam
Adakah sempat kau lihat
duka yang memberat di sudut mataku ?
Saat kau tutup pintu
belum juga teduh rinduku

1983


RUANG RINDU

Di ruang – ruang rindu kupilin selaksa angan
yang menggelombang di relung dada
mengalir didegup jantung
Di ruang – ruang rindu, kata kehilangan makna
karena ingin yang menggejolak
menjelajah di setiap jengkal angan
Bagai aebilah anak panah
lepas dari busur
menusuk – nusuk ulu hati
Di ruang – ruang rinduku
terhampar berjuta kedamaian
bagai taman Firdaus
di tangga pelangi
Di ruang rinduku ; rindu kedamaian

Februari, 2007


DUKA PUN SEMPURNA

Keranda hitam
melintas di antara kita
membawa karangan duka
pada gelisah musim, berangkat
di setiap detak – detak jarum waktu
Maka malam pun lengkaplah
menerima gelisah demi gelisah
Duka pun sempurnalah
dalam genggam
: duka
Ku

Rantau, Agustus 1981